BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
A.1
Perekonomian Indonesia
Tahun2010
2010
menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Terpilihnya presiden baru,
menandakan era baru dalam pemerintahan Indonesia. Keberhasilan Indonesia lepas
dari jeratan krisis financial global, hingga mampu menjadi satu dari dua negara
Asia yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2009, membangkitkan
optimisme di awal tahun 2010. Optimisme perekonomian ini yang sepatutnya
dipertahankan oleh pemerintahan SBY dan menjadi landasan pembangunan di tahun
2010.
Secara
umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan prestasi yang cukup
baik. Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis
finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia
Internasional. Hal ini terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada
Global Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic
Forum. Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10 peringkat dibandingkan
pada tahun 2009. Peringkat layak investasi Indonesia menurut S&P juga
mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB. Kenaikan peringkat layak investasi
ini menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.
Indikator
makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada
tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada
level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang
dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini
menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang
hingga bulan oktober mencapai 19,3% (yoy).
Indonesia
juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara
uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke
emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global
yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar.
Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$ 15,7 miliar pada
tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar modal Indonesia. Banjir
bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700.
Diperkirakan akan terus meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini
dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari
dana-dana asing tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah dengan
terus mengkokohkan cadangan devisa. Hingga akhir November, cadangan devisa
Indonesia sukses menembus angka US$ 92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor
dan pembayaran ULN pemerintah (BI, 2010). Dengan besarnya cadangan devisa yang
dipunya oleh Indonesia, nampaknya perekonomian Indonesia masih akan stabil
hingga tahun depan.
Seperti
pendapat Seers (1973) bahwa permasalahan utama negara berkembang adalah
kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan, Indonesia pun masih
menghadapi permasalahan yang sama. Walaupun angka kemiskinan yang dikeluarkan
BPS menunjukkan trend penurunan, angka kemiskinan dan pengangguran Indonesia
tetaplah tinggi. Pada tahun 2010, angka kemiskinan mencapai 34 juta, sedangkan
angka pengangguran menjadi 9,5 juta. Lebih menyedihkannya lagi, sebagian besar
dari penganggur adalah sarjana D3 dan S1. Jadi dapat disimpulkan, sebagian
besar tenaga kerja yang terserap adalah tenaga kerja berpendidikan SMA kebawah.
Sementara masalah pemerataan pendapatan juga masih jadi momok selama satu
dekade terakhir. Pemerataan pendapatan mengalami stagnansi selama
bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari stagnannya angka koefisien gini Indonesia
selama satu dekade pada kisaran 3,6-3,8. Masalah ini menjadi serius karena
pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menerus positif selama beberapa tahun
terakhir tapi tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan masih
tetap bermasalah. Alhasil dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut
hanya dinikmati sedikit pihak.
Dengan
berbagai pencapaian dan permasalahan yang dihadapi perekonomian Indonesia,
tentunya kita masih tetap harus optimis dalam menyongsong tahun 2011. Untuk
menatap 2011 dengan optimismis, setidaknya ada dua perkerjaan rumah yang harus
dilakukan oleh pemerintah.
B.1
Perekonomian Indonesia
Tahun 2011
Badan
Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6,5% pada
empat bulan terakhir tahun 2011, meski sebelumnya sempat muncul pesimisme
karena anjloknya angka ekspor Desember lalu. Dengan demikian, target
pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah antara 6,3-6,5%, terpenuhi sepanjang
tahun lalu. Angka yang dilansir BPS ini memupus keraguan akan memburuknya pertumbuhan
ekonomi Indonesia, karena pada Desember lalu angka ekspor justru melemah hanya
mencapai 2,19% dibanding angka yang sama tahun sebelumnya dan merupakan yang
terendah sejak September 2009. Pada bulan Oktober dan November 2011, ekspor
juga melemah menjadi 16,7 dan 8,25 %, padahal angka ekspor rata-rata sejak
Juli-September mencapai 40,5%.
Meski
demikian, melemahnya ekspor ditutup oleh melonjaknya konsumsi dalam negeri
sementara minat investasi juga tetap tinggi pada kuartal keempat 2011, ditandai
dengan naiknya angka investasi asing (FDI) yang mencapai 25%. Kalangan pengamat
menghubungkan naiknya angka investasi asing ini dengan kembalinya standar layak
investasi (investment grade) yang diumumkan oleh lembaga pemeringkat Fitch,
pada pertengahan Desember lalu. Pemeringkat lain, Moody's dan Standard and
Poor's, kemungkinan besar akan mengikuti langkah itu tahun ini, yang dipandang
akan menjadi dorongan makin besar pada investor untuk berbisnis di Indonesia.
Meski
demikain suhu ekonomi dunia yang sedang terganggu akibat krisis berkepajangan
di AS dan Eropa, diperkirakan akan turut berimbas ke Indonesia sehingga lembaga
seperti Bank Indonesia menurunkan target pertumbuhan 2012 menjadi 6,3-6,5%,
lebih rendah dari target pemerintah yang mencapai 6,7%. Dari sisi internal,
persoalan yang dianggap bisa mengganggu laju pertumbuhan ekonomi adalah masalah
perburuhan yang pada beberapa pekan terakhir dianggap meresahkan investor asing
terutama yang bergerak di bidang industri manufaktur. Pengusaha menuding
pemerintah daerah menggunakan kasus perburuhan sebagai alat politik untuk
kepentingan mereka, sehingga merugikan perhitungan bisnis mereka untuk tahun
2012.
C.1
Perekonomian Indonesia
2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2011 juga didorong karena diakuinya perekonomian Indonesia oleh negara-negara
berkembang. Beberapa negara berkembang menganggap bahwa Indonesia sudah dapat
mengelola ekonominya dengan baik. Optimisme prospek perekonomian tahun 2012
juga didorong adanya peningkatan rating Indonesia yang masuk ke level
investment grade. Dengan demikian, beberapa negara berkembang sudah menunjukkan
rasa percaya yang tinggi untuk menginvestasikan dananya di Indonesia. “Hal ini
akan berdampak positif. Misalnya perusahaan multinasional akan melakukan
investasi jangka panjang. Selain supply uang akan meningkat, job opportunity
juga akan meningkat. Seiring dengan hal tersebut, kondisi perbankan nasional
juga sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari sisi aset, penyaluran kredit,
rasio permodalan, dan kualitas kredit perbankan di Indonesia. Kedepannya, kinerja perbankan nasional akan
tetap solid karena didukung oleh beberapa hal, yakni kebutuhan pembiayaan yang
terus meningkat dan kualitas fundamental sektor perbankan nasional yang berada
dalam kondisi yang baik.”Tidak Ada Masa Depan Buat Orang-Orang Pesimis yang
Terlalu Mengkhawatirkan Kemajuan Ekonomi Negaranya. Masa Depan Ada Pada
Orang-Orang Yang Berpikir Optimis”.
Kondisi perekonomian global pada tahun
2011 menunjukkan kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat
berakibat negatif pada kondisi perbankan di berbagai negara, selain juga
memiliki dampak terhadap meningkatnya resiko kondisi perekonomian di masa yang
akan datang. Walaupun demikian, kondisi buruk tidak terjadi di Indonesia.
Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi, yaitu mencapai 6,5 persen. Hal ini juga seiring dengan kondisi
perbankan di Indonesia yang cukup baik. “Berbagai kondisi kondusif tersebut
tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi yang dilakukan
dengan pemerintah. Sementara Direktur Institutional Banking Bank Mandiri, Abdul
Rachman mengatakan bahwa ketidakpastian global yang terjadi saat ini lebih
kompleks dibandingkan dengan krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Hingga
saat ini, kondisi perekonomian masih tidak menentu dan masih akan berlangsung
dalam beberapa waktu mendatang. Krisis perekonomian yang mulanya terjadi di
Yunani ini sudah kian menyebar ke beberapa negara di Eropa, seperti Spanyol,
Italia, Portugal, dan Perancis, yang terlihat dari meningkatnya biaya pinjaman
dari negara-negara tersebut. Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman
juga mengatakan bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian Indonesia
memiliki kondisi yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2012
bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7 persen. Menurutnya, hal ini besar dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi domestik tumbuh karena porsi ekonomi
kita yang bergantung pada ekspor relatif kecil,” ungkapnya.
Memasuki tahun 2012 sebagian orang merasa khawatir oleh krisis ekonomi yang
sedang berlangsung di Eropa dan Amerika Serikat. Selama ini, dominasi dari
kekuatan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sangat luar biasa pengaruhnya
terhadap perekonomian global. Oleh karena itu, wajar saja bila banyak orang
selalu melihat perilaku ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai alat ukur
untuk menyelamatkan nilai dari kekayaan yang mereka miliki. Setelah melakukan
pembelajaran dan mengutak-atik angka-angka untuk memprediksi perekonomian
Indonesia di tahun 2012, hasilnya lebih kurang sama saja seperti yang sudah
dibicarakan oleh banyak ahli dan pengamat ekonomi. Ekonomi Indonesia masih
dijalan yang baik dan tetap akan memberikan pertumbuhan positif yang
kemungkinan besar bertumbuh diantara 5,5% – 6,5% dengan inflasi di level 5% –
7%, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat akan berada di level
8900 – 9300. Secara intuitif saya merasakan bahwa perekonomian Indonesia akan
bertumbuh secara stabil dalam jangka waktu yang lebih panjang. Oleh karenanya,
tahun 2012 adalah tahun yang sangat optimistis buat mengarahkan ekonomi
Indonesia kepada jalur yang diinginkan, agar dapat memberikan kesejahteraan
buat masyarakat banyak. Oleh karena itu, mengarahkan dan memotivasi pertumbuhan
ekonomi Indonesia melalui sektor industri dan perdagangan berbasis sumber daya
alam, sumber daya manusia kreatif, dan pariwisata akan membuat ekonomi
Indonesia semakin tangguh di tahun 2012. Risiko dari perasaan khawatir terhadap
keadaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat akan berdampak kepada sektor
keuangan dan sektor pasar modal. Akibatnya, kemungkinan besar para investor
lebih suka menyimpan uang mereka di logam mulia emas atau pun di properti.
Properti yang kemungkinan akan diincer
adalah tanah, dan biasanya investasinya bersifat jangka panjang dan tidak
likuid. Kekuatan pasar domestik Indonesia sangatlah luar biasa. Kebiasaan
sebagian besar masyarakat Indonesia yang lebih suka berbelanja daripada
menabung telah menjadi sebuah kekuatan untuk pertumbuhan ekonomi. Sebab, uang
akan terus berputar dan dalam setiap putaran uang tersebut akan menciptakan
nilai tambah ekonomi. Kecerdasan untuk mengelola potensi, dan memotivasi
pertumbuhan pasar domestik oleh pihak yang berwenang. Khususnya, untuk
memudahkan produk dan jasa buatan dalam negeri agar dapat menjadi lebih
efektif, kreatif, produktif, efisien, dan berdaya saing unggul dibandingkan
produk import, akan menjadikan ekonomi Indonesia lebih kuat dan tidak perlu
takut terhadap keadaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya
kembali Indonesia ke dalam investment grade versi fitch rating menimbulkan
dampak besar. Setelah terseok-seok selama lebih dari 10 tahun menghuni ‘papan
bawah’ pandangan dari investor, diharapkan akan menjadi perangsang perekonomian
untuk kedepannya. Mungkin tak lama lagi, lembaga pemeringkat lainnya seperti
Moody’s atau Standard & Poors akan mengikuti jejak Fitch dalam menaikkan
rating Indonesia agar lebih terpercaya. Itu baik, karena terdapat isu bahwa
para Manager Investasi Internasional wajib menanamkan investasi di negara yang
‘berlevel’ investment grade. Aliran dana masuk akan memberikan angin segar
kepada Indonesia, peningkatan Investasi diharapkan akan memberi modal luas bagi
lingkungan usaha sehingga menyerap para pekerja Indonesia. Selain itu, sisi
makro Indonesia di tahun 2011 juga dirasa cukup baik. Ditandai dengan ketahanan
ekonomi nasional ditengah gejolak ekonomi eropa dan politik di timur tengah.
Selain itu, penurunan BI rate dan rendahnya inflasi diharapkan akan mendorong
kredit usaha di tahun 2012.
Tahun 2012 adalah tahun yang sangat
tepat untuk Indonesia buat menyiapkan sistem perdagangan dan investasi yang
kuat. Termasuk, menyiapkan kapasitas dan keunggulan daya saing industri
Indonesia dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dan jasa di waktu yang akan
datang; agar Indonesia tetap unggul saat berhadapan dengan ekonomi China,
India, dan negara-negara penghasil produk murah lainnya. Awal tahun, waktu yang
tepat untuk para analis menunjukkan kemampuan nya untuk meramalkan posisi
perekonomian satu tahun kedepan. Dengan banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi
perekonomian secara langsung maupun tidak, analisa perekonomian menjadi tidak
mudah dan kita akan mendapati berbagai versi analisa dari para ekonom. Patut
dicermati terkait analisa perekonomian di awal tahun, karena akan menyangkut
ekspektasi dari para stakeholder dalam perekonomian itu sendiri. Masing-masing
stakeholder dengan kepentingan berbeda akan melakukan tindakan yang efektif di
awal tahun, tentunya untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat dari
perekonomian.
Analis lain juga banyak memiliki
pendapat yang kontra, mereka kurang optimis dalam menilai dan mengekspektasikan
ekonomi Indonesia kedepan. Lagi-lagi berkaitan dengan Investment grade,
kenaikan level Indonesia tidak akan berpengaruh besar pada perekonomian. Krisis
utang eropa, menyebabkan para investor menilai bahwa ekonomi dunia yang sangat
elastis terhadap permasalahan ini. Berlarut-larutnya penyelesaian akan membuat
investor beralih pada investasi yang lebih aman. Untuk Indonesia, krisis
tersebut sangat berhubungan dengan ekspor. Uni eropa merupakan mitra yang
sangat besar untuk pasaran produk ekspor dari indoensia. Pelambatan ekspor akan
terjadi lebih dalam di tahun 2012 karena terjadi berbagai pengetatan anggaran
dari negara-negara Uni Erpoa.Usaha yang cukup bagus di tahun 2011 adalah mereka
yang bergerak dibeberapa bidang yang berelemen api dan kayu. Bisnis yang
berelemen api misalnya kimia, biro jasa, listrik, minyak pembakar, restoran,
minyak kelapa sawit, pertambangan gas dan batu bara. Sementara itu bisnis yang
berelemen kayu yang akan cerah misalnya furnitur, hasil perkebunan, fashion,
kertas, percetakan. Bisnis yang berelemen air walaupun mengalami sedikit
penurunan tapi masih bisa dikatakan cukup menguntungkan yakni biro
wisata/perjalanan, perhotelan, ekspor-impor dan perikanan.Disisi lain, bisnis
yang berelemen tanah seperti properti, pertambangan yang elemennya batu/tanah
diprediksi tidak baik/ciong. Untuk bisnis yang berkaitan dengan elemen logam
seperti otomotif, keuangan/perbankan akan mengalami kondisi yang sulit sehingga
para pebisnis tersebut harus fight dan mengeluarkan biaya ekstra untuk
berpromosi. Saham yang terdiri atas berbagai macam produk juga termasuk bisnis
yang berlemen logam. Bagus tidaknya saham tergantung dari produknya. Jika ingin
bermain saham, sebaiknya tetap mengacu pada 5 unsur (air,api,tanah,kayu,logam)
di dalam satu tahun itu seperti apa. Jika mau main di saham batubara, perlu
anda lihat dulu saham perusahaan tersebut milik siapa dan sehat atau tidak.
Khusus untuk saham properti sebaiknya berhati-hati karena saham tersebut
diprediksi tidak akan mengalami kenaikan yang signifikan.
Di tahun 2011, bisnis telekomunikasi
akan cukup bagus meski persaingannya yang sangat ketat. Setelah ada perjanjian
perdagangan bebas dengan china, kita bisa merasakan dan melihat bahwa produk
dari china, khususnya telpon genggam yang beragam merk jumlahnya mengalir masuk
dengan derasnya ke Indonesia. Dampak positifnya konsumen mempunyai banyak
pilihan yang disesuaikan dengan kondisi keuangannya dan dampak negatifnya,
produk serupa dalam negeri akan kalah bersaing yang secara mutu dan harga masih
lebih baik. Jadi di tahun 2011, dunia perdagangan Indonesia masih kurang
menggembirakan. Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan di pasar bebas
maka mau tidak mau kita harus menggali potensi yang ada pada diri kita sendiri
agar kemampuan kita tidak kalah dengan asing.
D.
1 Perekonomian Indonesia 2013
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen
pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6
persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan
sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013
sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal
III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah
dibanding triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu(5/2/2014). Kendati mengalami
penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya
terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6
persen, realisasinya 1,9 persen."Ini artinya perekonomian global berdampak
pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor dan sektor lain seperti wisatawan
mancanegara," terang dia.Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi
di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut
disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan
7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun.
Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi,
di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan
dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7
triliun.
"Gadget
membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling tinggi.
Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan.
Konstruksi tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur
dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam rangka
MP3EI," jelas Suryamin.
Sedangkan
jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun
2000) adalah Rp. 2770,3 triliun
Untuk
kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar
Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB
sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.
E.1Perekonomian
Indonesia 2014
Kondisi ekonomi makro
sepanjang tahun 2014 menunjukkan kinerja yang cukup baik sebagaimana
ditunjukkan melalui indikator makro ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,1 persen (angka sementara), lebih
rendah dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2014 yang sebesar 5,5 persen
“Ini
tentunya terkait dengan kondisi global dan kondisi kita sendiri, di mana
besarnya defisit transaksi berjalan membuat baik kebijakan moneter dan fiskal
sifatnya kebijakan yang ketat. Dengan kebijakan yang ketat, maka otomatis
memang pertumbuhan akan terkendala, sehingga tidak mencapai apa yang
diharapkan,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang P.S. Brodojonegoro dalam
konferensi pers ‘Perkembangan Perekonomian Terkini Serta Kinerja Realisasi
APBNP Tahun 2014’ di kantornya, Senin (5/1).
Selain
itu, tingkat inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8.36 persen, lebih tinggi dari
asumsi APBN-P 2014 yang sebesar 5,3 persen. Hal ini terjadi karena APBN-P 2014
belum mengasumsikan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Realisasi tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar
5,8 persen, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014 yang sebesar 6,0 persen.
Sementara
itu, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat
rata-rata sebesar Rp11.878/dolar AS, lebih tinggi dari angka yang ditetapkan
dalam APBN-P 2014, sebesar Rp11.600/dolar AS. Harga minyak mentah Indonesia
tercatat sebesar 97 dolar AS per barel, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P
2014, sebesar 105 dolar AS per barel.
Untuk
rata-rata lifting minyak mentah Indonesia, realisasinya mencapai 794 ribu barel
per hari, lebih rendah dari target dalam APBN-P 2014 yang sebesar 818 ribu
barel per hari. Terakhir, realisasi lifting gas mencapai target yang ditentukan
dalam APBN-P yaitu 1.224 ribu barel setara minyak per harinya.
F.1Perekonomian Indonesia 2015
Awal
tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi kondisi perekonomian
Indonesia kedepan. Sebagai salah satu negara yang baru saja mengalami
perombakan politik, serangkaian kebijakan baru tentunya akan mempengaruhi
proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian di tahun lalu mengalami
perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun
2015 perekonomian Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal ini dapat
terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi internasional yang terbilang pesimis
dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah data yang dikumpulkan dari
data-data Bank Indonesia dan sejumlah kalangan mengenai perkembangan ekonomi di
tahun 2015.
Pada
pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI
Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit
Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan
evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek
ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten
dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan
2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang
lebih sehat.
Mengacu
pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia
memperkirakan perekonomian Indonesia
semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas
makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan
semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental ekonomi
nasional. Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%,
melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal,
perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat
turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan
pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun,
ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS.
Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya
konsumsi pemerintah seiring dengan program penghematan anggaran.
Sementara
itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi
yang masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap
solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi,
yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap
kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan
didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan
peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif,
termasuk pembangunan infrastruktur.
2.2 DATA PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA TAHUN 2010-2015
SEKTOR
SEKUNDER
A. Produk Domestik Bruto atas dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha
Lapangan Usaha / Industry
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
Industry
pengolahan / manufaktur
|
1.512.760,8
|
1.704.250,5
|
1.848.150,9
|
1.998.693,7
|
2.215.753,6
|
2.405.408,9
|
Pengadaan
listrik dan gas
|
72.549,1
|
91.721,9
|
95.637,8
|
98.686,8
|
114.121,9
|
131.264,2
|
Pengadaan air,pengolahan
sampah,limbah daur ulang
|
5.848,5
|
6.208,8
|
6.603,8
|
7.154,9
|
7.703,6
|
8.606,0
|
Kontruksi
|
626.905,4
|
712.184,4
|
805.208,1
|
905.990,5
|
1.041.949,5
|
1.193.346,1
|
B. Produk Domestik Bruto atas dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha /
Industry
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
Industry pengolahan / manufaktur
|
1.512.760,8
|
1.607.452,0
|
1.697.787,2
|
1.774.907,3
|
1.856.310,6
|
1.932.457,4
|
Pengadaan listrik dan gas
|
72.549,1
|
76.678,1
|
84.393,0
|
88.805,1
|
93.755,9
|
94.864,8
|
Pengadaan air,pengolahan sampah,limbah daur ulang
|
5.848,5
|
6.125,1
|
6.329,8
|
6.587,1
|
6,788,0
|
7.420,2
|
Konstruksi
|
626.905,4
|
683.421,9
|
728.226,4
|
772.719,6
|
826.615,6
|
7.420,2
|
2.3
PENGHITUNGAN DEFLATOR GDP 2010-2015
1. Deflator GDP Industri/manufacturing
Deflator GDP 2010=
=
=
100
2011
=
=
106,02
2012
=
= 108,86
2013 =
=
112,61
2014
=
=
119,37
2015
=
= 124,48
2.Deflator GDP Listrik dan Gas
Deflator GDP 2010 =
=
=
100
2011
=
=
119,62
2012
=
= 113,32
2013 =
=
111,13
2014
=
=
121,72
2015
=
= 138,37
3. Deflator GDP Pengadaan Air
Deflator GDP 2010 =
=
=
100
2011
=
=
101,37
2012
=
= 104,33
2013 =
=
108,62
2014
=
=
113,49
2015
=
= 115,98
4. Deflator GDP
Kontruksi
Deflator GDP 2010 =
=
=
100
2011
=
=
104,21
2012
=
= 110,58
2013 =
=
117,25
2014
=
= 126,06
2015
=
= 16.082,39
2.4
PERTUMBUHAN EKONOMI
A. PERTUMBUHAN
EKONOMI INDUATRY/MANUFACTURING
GT
=
100
GT 2011
=
=
6,259
2012
=
= 5,62
2013 =
=
4,79
2014
=
=
4,58
2015
=
= 4,10
B. PERTUMBUHAN
EKONOMI LISTRIK & GAS
GT
=
100
GT 2011
=
=
5,69
2012
=
= 15,82
2013 =
=
4,716
2014 =
= 5,575
2015
=
= 1,183
C. PERTUMBUHAN
EKONOMI PENGADAAN AIR
GT
=
100
GT 2011
=
=
4,729
2012
=
= 3,342
2013 =
=
4,065
2014 =
= 3,049
2015
=
= 9,313
D. PERTUMBUHAN
EKONOMI KONSTRUKSI
GT
=
100
GT 2011
=
=
9,01
2012
=
= 6,56
2013 =
=
6,11
2014 =
= 6,97
2015
=
= -99,10
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dengan adanya data pertumbuhan dan pendapatan nasional
diatas maka kami dapat menghitung besar kecilnya deflator GDP dan pertumbuhan
ekonomi. Dari data yang kami hitung deflator GDP dari tahun 2010 – 2015
mengalami kenaikan sedangkan pertumbuhan ekonomi berjalan tidak stabil.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai data
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional 2010-2015 yang menjadi bahasan dari
makalah ini,dan tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan,kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungan dengan
makalah ini. Penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://syafrudin99.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-ekonomi-di.html
googleweblight.com/i?u=http://illaper.blogspot.com/2015/05/makalah-perkonomian-indonesia-tahun.html?m%3D1&grqid=Uhz7fdhx&hl=id-ID&geid=1011
ket BPS Kabupaten Ponorogo