Tugas
sejarah
PERADABAN
BANGSA MESIR KUNO
Kelompok : 3
Nama : 1. Nensi Mira Agustin ( )
Kelas : X IS 1
PERADABAN
BANGSA MESIR KUNO
Peradaban
Mesir kuno di lembah sungai Nil di Mesir, Afrika, lahir disebabkan kesuburan
tanah disekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur.
Hal inilah yang menarik perhatian manusia untuk mulai hidup dan membangun
peradaban ditempat tersebut. Peradaban lembah sungai Nil dibangun oleh
masyarakat mesir kuno.
1.
Kehidupan masyarakat Mesir kuno
Sungai Nil
adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil
bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika
Timur. Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah.
Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan
Mesir.
Setiap tahun
sungai Nil selalu banjir. Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri kanan
sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50
kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun
Arabia di tepi Laut Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas
barat adalah gurun Libia. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos,
air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi Isis yang selalu
sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang
gugur dalam pertempuran. Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari
gletsyer yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil.
Peranan sungai Nil begitu penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah
sungai tersebut. Maka tepatlah jika Herodotus menyebutkan "Mesir adalah
hadiah sungai Nil" (Egypt is the gift of the Nile)
Lembah sungai
Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan
untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata.
Untuk keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai
oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum,
sekoi atau jamawut dan jelai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti
jagung.
Untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka
dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan
Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan.
Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
2.
Kehidupan politik
Sejarah
politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa
sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut
nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang kemudian disatukan
menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun
4000 SM namun pada tahun 3400 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan
kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan Mesir yang besar.
Mesir
merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Ia
berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa dan dipercaya sebagai putera Dewa
Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama.
Sebagai
penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal di
wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun
memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan binatang ternak. Ia membuat
undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer
Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia
memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.
Untuk
menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang pada umumnya
berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi,
panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan
upacara keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri
yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak tahun
3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari
tiga zaman yaitu Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah
di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.
Secara garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir adalah sebagai
berikut.
a.
Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
Lahirnya
kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir
Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota
kembar.
Kerajaan Mesir
Tua disebut zaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida
terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser.
Piramida di Gizeh adalah makam
Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
Runtuhnya
Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami
kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan
serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin
berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan
Mesir Hulu.
b.
Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
Kerajaan Mesir
Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia berhasil memulihkan persatuan
dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian,
membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan
perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau
Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia
(kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan
ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.Pada waktu itu kerajaan Mesir Tengah sedang
mengalami kehancuran yang sangat signifikan.
c.
Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM)
Sesudah
diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium.
Disebut zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah
di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.
Raja-raja yang memerintah zaman Mesir Baru antara lain:
1)
Ahmosis I. Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos
dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.
2)
Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir
berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
3)
Thutmosis III. Merupakan raja terbesar di Mesir.
Ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur
sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara
sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari
“Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan
pembangunan Kuil Karnak dan Luxor.
4)
Imhotep IV. Kaisar ini dikenal seorang raja yang
pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat
Mesir kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh
dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
Ramses II. Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum
dan Kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan penggalian
sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah namun
belum berhasil.
Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan kehidupan nabi Musa.
Setelah
pemerintahan Ramses II kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran. Mesir
ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi
bagian imperium Persia. Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen
dan para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu
keturunan dinasti Ptolemeus adalah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir
menjadi wilayah Romawi.
3.
Pemerintahan dan ekonomi
*Administrasi dan perdagangan
Firaun adalah
raja yang berkuasa penuh atas negara—setidaknya dalam teori—dan memegang
kendali atas semua tanah dan sumber dayanya. Firaun juga merupakan komandan
militer tertinggi dan kepala pemerintahan, yang bergantung pada birokrasi
pejabat untuk mengurusi masalah-masalahnya. Yang bertanggung jawab terhadap
masalah administrasi adalah orang kedua di kerjaan, sang wazir, yang juga
berperan sebagai perwakilan raja yang mengkordinir survey tanah, kas negara,
proyek pembangunan, sistem hukum, dan arsip-arsip kerajaan. Di level regional,
kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah administratif yang disebut nome, yang
masing-masing dipimpin oleh seorang nomark, yang bertanggung jawab kepada
wazir. Kuil menjadi tulang punggung utama perekonomian yang berperan tidak hanya
sebagai pusat pemujaan, namun juga berperan mengumpulkan dan menyimpan kekayaan
negara dalam sebuah sistem lumbung dan perbendaharaan dengan meredistribusi
biji-bijian dan barang-barang lainnya. Sebagian besar perekonomian diatur
secara ketat dari pusat. Bangsa Mesir Kuno belum mengenal uang koin hingga
Periode Akhir sehingga mereka menggunakan sejenis uang barter berupa karung
beras dan beberapa deben (satuan berat yang setara dengan 91 gram) tembaga atau
perak sebagai denominatornya. Pekerja dibayar menggunakan biji-bijian; pekerja
kasar biasanya hanya mendapat 5 karung (200kg) biji-bijian per bulan sementara
mandor bisa mencapai 7 karung (250kg) per bulan. Harga tidak berubah di seluruh
wilayah negara dan biasanya dicatat utuk membantu perdagangan; misalnya kaus
dihargai 5 deben tembaga sementara sapi bernilai 140 deben. Pada abad ke 5
sebelum masehi, uang koin mulai dikenal di Mesir. Awalnya koin digunakan
sebagai nilai standar dari logam mulia dibanding sebagai uang yang sebenarnya;
baru beberapa abad kemudian uang koin mulai digunakan sebagai standar
perdagangan.
*Sistem hukum
Sistem hukum
di Mesir Kuno secara resmi dikepalai oleh firaun yang bertanggung jawab membuat
peraturan, menciptakan keadilan, serta menjaga hukum dan ketentraman, sebuah
konsep yang disebut masyarakat Mesir Kuno sebagai Ma'at. Meskipun belum ada
undang-undang hukum yang ditemukan, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa hukum
di Mesir Kuno dibuat berdasarkan pandangan umum tentang apa yang benar dan apa
yang salah, serta menekankan cara untuk membuat kesepakatan dan menyelesaikan
konflik. Dewan sesepuh lokal, yang dikenal dengan nama Kenbet di Kerajaan Baru,
bertanggung jawab mengurus persidangan yang hanya berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan kecil. Kasus yang lebih besar termasuk di antaranya
pembunuhan, transaksi tanah dalam jumlah besar, dan pencurian makam diserahkan
kepada Kenbet Besar yang dipimpin oleh wazir atau firaun. Penggugat dan
tergugat diharapkan mewakili diri mereka sendiri dan diminta untuk bersumpah
bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya.
*Pertanian
Kondisi
geografi yang mendukung dan tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa
Mesir mampu memproduksi banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan
sumber daya dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah
sangat penting di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang
dimiliki seseorang. Pertanian di Mesir
sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir mengenal tiga musim:
Akhet (banjir), Peret (tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir berlangsung dari
Juni hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk pertanian
di tepi sungai. Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober
hingga Februari. Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat
dengan parit dan kanal. Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani
sangat bergantung dengan sungai Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga
Mei, petani menggunakan sabit untuk memanen. Selanjutnya, hasil panen dirontokan
untuk memisahkan jerami dari gandum. Proses penampian menghilangkan sekam dari
gandum, lalu gandum ditumbuk menjadi tepung, diseduh untuk membuat bir, atau
disimpian untuk kegunaan lain. Bangsa Mesir menanam gandum emmer dan jelai,
serta beberama gandum sereal lain, sebagai bahan roti dan bir. Tanaman-tanaman
Flax ditanam dan diambil batangnya sebagai serat. Serat-serat tersebut
dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya digunakan untuk
menenun linen dan membuat pakaian. Papirus ditanam untuk pembuatan kertas.
Sayur-sayuran dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat
dengan permukiman, dan berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan buah
tersebut harus diairi dengan tangan. Sayur-sayuran meliputi bawang perai, bawang
putih, melon, squash, kacang, selada, dan tanaman-tanaman lain. Anggur juga ditanam
untuk diolah menjadi wine.
*Hewan
Bangsa Mesir
percaya bahwa hubungan yang seimbang antara manusia dengan hewan merupakan
elemen yang penting dalam susunan kosmos; maka manusia, hewan, dan tumbuhan
diyakini sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Hewan, baik yang didomestikasi
maupun liar, merupakan sumber spiritualitas, persahabatan, dan rezeki bagi
bangsa Mesir Kuno. Sapi adalah hewan ternak yang paling penting; pemerintah
mengumpulkan pajak terhadap hewan ternak dalam sensus-sensus reguler, dan
ukuran ternak melambangkan martabat dan kepentingan pemiliknya. Selain sapi,
bangsa Mesir Kuno menyimpan domba, kambing, dan babi. Unggas seperti bebek,
angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan dibesarkan di peternakan. Di
peternakan, unggas-unggas tersebut dipaksa makan adonan agar semakin gemuk.
Sementara itu, di sungai Nil terdapat sumber daya ikan. Lebah-lebah juga
didomestikasi dari masa Kerajaan Lama, dan hewan tersebut menghasilkan madu dan
lilin.
Keledai dan
lembu digunakan sebagai hewan pekerja. Hewan-hewan tersebut bertugas membajak
ladang dan menginjak-injak bibit ke dalam tanah. Lembu-lembu yang gemuk
dikorbankan dalam ritual persembahan. Kuda-kuda dibawa oleh Hyksos pada Periode
Menengah Kedua, sementara unta, meskipun sudah ada sejak periode Kerajaan Baru,
tidak digunakan sebagai hewan pekerja hingga Periode Akhir. Selain itu,
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa gajah sempat dimanfaatkan pada Periode
Akhir, tetapi akhirnya dibuang karena kurangnya tanah untuk merumput Anjing,
kucing, dan monyet menjadi hewan peliharaan, sementara hewan-hewan seperti
singa yang diimpor dari jantung Afrika merupakan milik kerajaan. Herodotus
mengamati bahwa bangsa Mesir adalah satu-satunya bangsa yang menyimpan hewan di
rumah mereka.] Selama periode pradinasti dan akhir, pemujaan dewa dalam bentuk
hewan menjadi sangat populer, seperti dewi kucing Bastet dan dewa ibis Thoth,
sehingga hewan-hewan tersebut dibesarkan dalam jumlah besar untuk dikorbankan
dalam ritual
*Sumber daya alam
Mesir kaya
akan batu bangunan dan dekoratif, bijih tembaga dan timah, emas, dan batu-batu
semimulia. Kekayaan itu memungkinkan orang Mesir Kuno untuk membangun monumen,
memahat patung, membuat alat-alat, dan perhiasan. Pembalsem menggunakan garam
dari Wadi Natrun untuk mumifikasi, yang juga menjadi sumber gypsum yang
diperlukan untuk membuat plester. Batuan yang mengandung bijih besi dapat
ditemukan di wadi-wadi gurun timur dan Sinai yang kondisi alam yang tidak
ramah. Membutuhkan ekspedisi besar (biasanya dikontrol negara) untuk
mendapatkan sumber daya alam di sana. Terdapat sebuah tambang emas luas di
Nubia, dan salah satu peta pertama yang ditemukan adalah peta sebuah tambang
emas di wilayah ini. Wadi Hammamat adalah sumber penting granit, greywacke, dan
emas. Rijang adalah mineral yang pertama kali dikumpulkan dan digunakan untuk
membuat alat-alat, dan kapak Rijang adalah potongan awal yang membuktikan
adanya habitat manusia di lembah Sungai Nil. Nodul-nodul mineral secara
hati-hati dipipihkan untuk membuat bilah dan kepala panah dengan tingkat
kekerasan dan daya tahan yang sedang, dan ini tetap bertahan bahkan setelah
tembaga digunakan untuk tujuan tersebut.
*Perdagangan
Orang Mesir
kuno berdagang dengan negeri-negeri tetangga untuk memperoleh barang yang tidak
ada di Mesir. Pada masa pra dinasti, mereka berdagang dengan Nubia untuk
memperoleh emas dan dupa. Orang Mesir kuno juga berdagang dengan Palestina,
dengan bukti adanya kendi minyak bergaya Palestina di pemakaman firaun Dinasti
Pertama. Koloni Mesir di Kanaan selatan juga berusia sedikit lebih tua dari
dinasti pertama Firaun Narmer memproduksi tembikar Mesir di Kanaan, dan
mengekspornya kembali ke Mesir.
Paling
lambat dari masa Dinasti Kedua, Mesir kuno mendapatkan kayu berkualitas tinggi
(yang tak dapat ditemui di Mesir) dari Byblos. Pada masa Dinasti Kelima, Mesir
kuno dan Punt memperdagangkan emas, damar, eboni, gading, dan binatang liar
seperti monyet Mesir bergantung pada Anatolia untuk memasok persediaan timah
dan tembaga (keduanya merupakan bahan baku untuk membuat perunggu). Orang Mesir
kuno juga menghargai batu biru lapis lazuli, yang harus diimpor dari
Afganistan. Partner dagang Mesir di Laut Tengah meliputi Yunani dan Kreta, yang
menyediakan minyak zaitun (selain barang-barang lainnya).sebagai ganti impor
bahan baku dan barang mewah, Mesir mengekspor gandum, emas, linen, papirus, dan
barang-barang jadi seperti kaca dan benda-benda batu.
4.
Sosial budaya
*Status sosial
Masyarakat
Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki
seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar masyarakat bekerja
sebagai petani, namun demikian hasil pertanian dimiliki dan dikelolah oleh
negara, kuil, atau keluarga ningrat yang memiliki tanahPetani juga dikenai
pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat irigasi atau proyek konstruksi
menggunakan sistem corvée. eniman dan pengrajin memunyai status yang lebih
tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja
di toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru
tulis dan pejabat menempati strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut
"kelas kilt putih" karena menggunakan linen berwarna putih yang
menandai status mereka Perbudakan telah dikenal, namun bagaimana bentuknya
belum jelas diketahui.
Mesir Kuno
memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa pun kecuali budak, sama di
mata hukum Baik pria maupun wanita memiliki hak untuk memiliki dan menjual
properti, membuat kontrak, menikah dan bercerai, serta melindungi diri mereka
dari perceraian dengan menyetujui kontrak pernikahan, yang dapat menjatuhkan
denda pada pasangannya bila terjadi perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di
Yunani, Roma, dan bahkan tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno
memiliki kesempatan memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti
Hatshepsut dan Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun demikian, wanita di
Mesir Kuno tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang
memiliki pendidikan dari rata-rata pria ketika itu
*Perkembangan
historis
Bahasa Mesir
adalah bahasa Afro-Asiatik yang berhubungan dekat dengan bahasa Berber dan
Semit Bahasa ini memiliki sejarah bahasa terpanjang kedua (setelah Sumeria).
Bahasa Mesir telah ditulis sejak 3200 SM dan sudah dituturkan sejak waktu yang
lebih lama. Fase-fase pada bahasa Mesir Kuno adalah bahasa Mesir Lama,
Pertengahan, Akhir, Demotik, dan Koptik. Tulisan Mesir tidak menunjukkan
perbedaan dialek sebelum Koptik, tetapi mungkin dituturkan dalam dilek-dialek
regional di sekitar Memphis dan nantinya Thebes.[
*Kesusasteraan
Tulisan
pertama kali ditemukan di lingkungan kerajaan, terutama pada barang-barang di
makam keluarga kerajaan. Pekerjaan menulis biasanya hanya diberikan kepada
orang-orang tertentu yang juga menjalankan institusi Per Ankh atau Rumah
Kehidupan, serta perpustakaan (disebut Rumah Buku), laboratorium, dan
observatorium Karya-karya literatur yang terkenal sebagian ditulis dalam bahasa
Mesir Klasik, yang terus digunakan secara bahasa tertulis hingga sekitar tahun
1300 SM. Bahasa Mesir Akhir mulai digunakan mulai masa Kerajaan Baru sebagai
mana direpresentasikan dalam dokumen administratif Ramses, puisi dan kisah
cinta, serta teks-teks Demotik dan Koptik. Selama periode ini, berkembang
tradisi menulis autografi di makam. Genre ini dikenal sebagai Sebayt
(instruksi) dan dikembangkan sebagai usaha untuk menurunkan ajaran dan tuntunan
bangsawan terkenal.
Kisah Sinuhe
yang ditulis dalam bahasa Mesir Pertengahan juga dapat dikategorikan sebagai
literatur Mesir klasik.Contoh lainnya adalah Instruksi Amenemope yang dianggap
sebagai mahakarya dalam dunia literatur timur tengah. Di masa akhir Kerajaan
Baru, Bahasa Mesir Akhir lebih banyak digunakan untuk menulis seperti yang
terlihat pada Cerita Wenamun dan Instruksi Any. Cerita Wenamun menceritakan
kisah tentang bangsawan yang dirampok dalam perjalanannya untuk membeli cedar
dari Lebanon dan perjuangannya kembali ke Mesir. Sejak 700 SM, cerita naratif
dan instruksi, seperti misalnya Instruksi Onchshesonqy, dan dokumen-dokumen
bisnis ditulis dalam bahasa Demotik). Banyak cerita pada masa Yunani-Romawi
juga dalam bahasa Demotik, dan biasanya memiliki setting pada masa-masa ketika
Mesir merdeka di bawah kekuasaan Firaun agung seperti Ramses II Papirus Edwin Smith (sekitar abad ke-16 SM)
yang menggambarkan anatomi dan perawatan medis.
*Tulisan
Tulisan
hieroglif terdiri dari sekitar 500 simbol. Sebuah hieroglif dapat mewakili kata
atau suara. Simbol yang sama dapat menyajikan tujuan yang berbeda dalam konteks
yang berbeda pula. Hieroglif adalah aksara resmi, digunakan pada monumen batu
dan kuburan. Pada penulisan sehari hari, juru tulis membuat tulisan kursif,
yang disebut keramat. Tulisan kursif ini lebih cepat dan mudah. Sementara
hieroglif formal dapat dibaca dalam baris atau kolom di kedua arah (walaupun
biasanya ditulis dari kanan ke kiri), aksara keramat selalu ditulis dari kanan
ke kiri, biasanya pada baris horisontal. Sebuah bentuk baru penulisan, demotik,
menjadi gaya penulisan umum, dan inilah bentuk tulisan -bersama dengan
hieroglif formal - yang menyertai teks Yunani di Batu Rosetta.
Sekitar abad
ke-1 Masehi, aksara Koptik mulai digunakan bersama aksara demotik. Koptik
adalah modifikasi abjad Yunani dengan penambahan beberapa tanda-tanda demotik.
Meskipun hieroglif formal digunakan dalam acara seremonial hingga abad ke-4,
menjelang akhir abad hanya segelintir kecil imam yang masih bisa membacanya.
Akibat institusi keagamaan tradisional dibubarkan, pengetahuan tulisan
hieroglif semakin menghilang. Usaha untuk mengartikannya muncul pada masa
Bizantiumdan Islam di Mesir, tetapi baru pada tahun 1822, setelah penemuan batu
Rosetta dan penelitian oleh Thomas Young dan Jean-François Champollion, hieroglif
baru dapat diartikan.
*Budaya kehidupan
sehari-hari
Sebagian besar
masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari
tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap
rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu
giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti Tembok dicat
warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi
warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana
untuk duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan
dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan menggunakan sabun
yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga kebersihan,
menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan menyegarkan kulit.
Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna putih, baik wanita
maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik.
Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka dianggap dewasa, pada usia
sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki disunat dan dicukur. Ibu
bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara sang ayah bertugas mencari nafkah
Musik dan
tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar
untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga
instrumen yang mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa
Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan
lira dari Asia Mereka juga menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa
digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir
Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah
Senet, permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu
mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering
dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam
Beni Hasan Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk
hiburan.
*Masakan
Masakan Mesir
cenderung tidak berubah selama berabad-abad; Masakan Mesir modern memiliki
banyak persamaan dengan Masakan Mesir Kuno. Makanan sehari-hari biasanya
mengandung roti dan bir, dengan lauk berupa sayuran seperti bawang merah dan
bawang putih, serta buah-buahan berbentuk biji dan ara. Wine dan daging
biasanya hanya disajikan pada perayaan tertentu, kecuali di kalangan orang kaya
yang lebih sering menyantapnya. Ikan, daging, dan unggas dapat diasinkan atau
dikeringkan, serta direbus atau dibakar.
*Arsitektur
Karya
arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza
dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah
untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan
kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan
peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang
tinggi.
Kediaman baik
untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa dibuat dari bahan yang mudah hancur
seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak ada satu pun yang terisa saat ini.
Kaum tani tinggal di rumah sederhana, di sisi lain, rumah kaum elit memiliki
struktur yang rumit. Beberapa istana Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang
terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi
hiasan dengan gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti kuil atau
makam dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil
tertua yang tersisa, seperti yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal
tertutup dengan lembaran atap yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru,
arsitek menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini
bertahan hingga periode Yunani-Romawi.Arsitektur makam tertua yang berhasil
ditemukan adalah mastaba, struktur persegi panjang dengan atap datar yang
terbuat dari batu dan bata. Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang
bawah tanah untuk menyimpan mayat.
*Seni
Bangsa Mesir
Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman
mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan
Lama. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti,
mengakibatkan bentuk aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran
lain.Standar artistik—garis-garis sederhana, bentuk, dan area warna yang datar
dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman
spasial—menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya.
Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan
kuil, peti mati, maupun patung
Seniman Mesir
Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat. Cat
didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu
(biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat
dicampur dengan gum arab sebagai pengikat dan ditekan (press), disimpan untuk
kemudian diberi air ketika hendak digunakan.Firaun menggunakan relief untuk
mencatat kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius.
Di masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha
menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi
bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun
bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya karya seni Mesir Kuno
terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku politik. Setelah invasi
Hykos di Periode Pertengahan Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di
Avaris.Salah satu contoh perubahan gaya akibat adanya perubahan politik yang
menonjol adalah bentuk artistik yang dibuat pada masa Amarna: patung-patung
disesuaikan dengan gaya pemikiran religius Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal
sebagai seni Amarna, langsung diganti dan dibuah ke bentuk tradisional setelah
kematian Akhenaten.
*Militer
Angkatan
perang Mesir kuno bertanggung jawab untuk melindungi Mesir dari serangan asing,
dan menjaga kekuasaan Mesir di Timur Dekat Kuno. Tentara Mesir kuno melindungi
ekspedisi penambangan ke Sinai pada masa Kerajaan Lama, dan terlibat dalam
perang saudara selama Periode Menengah Pertama dan Kedua. Angkatan perang Mesir
juga bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap jalur perdagangan
penting, seperti kota Buhen pada jalan menuju Nubia. Benteng-benteng juga
didirikan, seperti benteng di Sile, yang merupakan basis operasi penting untuk
melancarkan ekspedisi ke Levant. Pada masa Kerajaan Baru, firaun menggunakan
angkatan perang Mesir untuk menyerang dan menaklukan Kerajaan Kush dan sebagian
Levant
Peralatan
militer yang digunakan pada masa itu adalah panah, tombak, dan perisai berbahan
dasar kerangka kayu dan kulit binatang. Pada masa Kerajaan Baru, angkatan
perang mulai menggunakan kereta perang yang awalnya diperkenalkan oleh
penyerang dari Hyksos. Senjata dan baju zirah terus berkembang setelah
penggunaan perunggu: perisai dibuat dari kayu padat dengan gesper perunggu,
ujung tombak dibuat dari perunggu, dan Khopesh (berasal dari tentara Asiatik)
mulai digunakan. Tentara direkrut dari penduduk biasa; namun, selama dan
terutama sesudah masa Kerajaan Baru, tentara bayaran dari Nubia, Kush, dan
Libya dibayar untuk membantu Mesir.
5.
Sistem kepercayaan bangsa Mesir kuno
Masyarakat Mesir mengenal pemujaan
terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari),
Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra.
Sebagai
lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing.
Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan
terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja
Thutmosis III.
Selain dewa
nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu
seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan
isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa
kematian.
Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman
sebagai berikut:
a)
Penyembahan terhadap dewa berangkat dari
ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
b)
Yang disembah adalah dewa/dewi yang
menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi dengan taat menyembah pada
dewa masyarakat lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan
yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya
membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa
maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai
lambang roh harus tetap utuh.
Kepercayaan
terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara
turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan
supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa
tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa
perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat
berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
Dewa-dewa
disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah
kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk
publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan
untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi
di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari
marabahaya Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara spiritual
mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja langsung tuhan,
tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan (oracle)
untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.,
Masyarakat
mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual.
Selain badan, manusia juga memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau jiwa),
ka (nyawa), dan nama Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi.
Setelah kematian, aspek spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka
hati, namun mereka membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan
patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah
menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang diberkahi."
Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan
ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah
diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual
*Kepercayaan
(dewa) Mesir kuno
1) Amon
(Amin, Amun): dewa besar dari Thebes yang asal-usulnya tidak pasti; digambarkan
sebagai seorang pria, matahari, dan kadang-kadang sebagai ithyphallic;
diidentifikasi dengan Re sebagai Amin-Re; binatang sucinya adalah ram dan
angsa.
2) Anat:
dewi asal Suriah, dengan karakter suka berperang; digambarkan sebagai seorang
wanita memegang perisai dan kapak.
3) Anubis
(Anpu): serigala-dewa, pelindung pembalsem, penyembuh, dan ahli bedah; di kedua
penyembuhan dan upacara mumifikasi, Anubis adalah dewa pelindung yang disiapkan
orang mati dan menyembuhkan hidup. Anubis dianggap pekuburan besar-dewa.
4) Anukis
(Anqet): dewi katarak-daerah di Aswan; istri Khnum; digambarkan sebagai seorang
wanita dengan tinggi kepala-gaun bulu.
5) Arsaphes
(Herishef): ram-headed dewa dari, Heracleopolis.
6) Astarte
(As-start-a): dewi asal Suriah; diperkenalkan ke Mesir selama Dinasti ke-18.
Dia juga dikenal sebagai Ratu Surga dan sering kali tumpang tindih kultus
dengan hamba-hamba Isian.
7) Aten:
dewa matahari-disk, disembah sebagai pencipta besar-dewa oleh Akhenaten
8) Atum
(Tum): asli dewa matahari-Heliopolis, kemudian diidentifikasi dengan Re;
digambarkan sebagai seorang pria.
9) Bastet
(kulit kayu): Seekor kucing-dewi-pusat kultus yang berada di Bubastis di Delta;
di Akhir Periode dianggap sebagai dewa dermawan. Dia dipandang sebagai
pelindung kucing, perempuan, dan perlindungan.
10) Bes:
A dwarf-dewa dengan fitur berhubung dgn singa. Dipandang sebagai dewa rumah
tangga, pelindung terhadap ular dan berbagai teror; penolong perempuan dalam
kelahiran anak.
11) Edjo
(Wadjet, Mylla): kobra-dewi Mylla di Delta; yg mengawasi dewa Mesir Hilir,
muncul di mahkota kerajaan, melindungi raja.
12) Geb:
dewa bumi; suami Nut; anggota ennead Heliopolis; digambarkan sebagai seorang
pria.
13) Happy:
dewa Nil di genangan; digambarkan sebagai seorang pria dengan penuh, berat
payudara, rumpun papirus di kepalanya, dan bantalan yang bermuatan berat
menawarkan-tabel.
14) Haroeris:
suatu bentuk Horus, yang 'Penatua Horus'; diidentikkan dengan elang-dewa dan
terutama pelindung raja.
15) Harpocrates
(Hor-Pa-Khred): Sebuah bentuk akhir Horus dalam aspek menjadi anak Isis dan
Osiris; digambarkan sebagai seorang anak telanjang mengenakan sejumput pemuda
dan memegang satu jari ke mulutnya. Harsiesis: Suatu bentuk Horus, yang
ditunjuk secara khusus 'anak Isis'.
16) Hathor:
Dewi banyak fungsi dan atribut; diwakili sering sebagai sapi atau perempuan
berkepala sapi, atau sebagai seorang wanita dengan kepala bertanduk-gaun; yang
belum berpengalaman raja; yang 'Golden Satu'; kultus-pusat di Memphis, Cusae ,
Gebelein, Dendera; dewa pelindung-wilayah pertambangan Sinai; diidentifikasi
oleh orang Yunani dengan Aphrodite. Dia dikirim oleh Re untuk membersihkan
tanah kafir. Setelah membunuh semua yang menentang Re, dia diminta untuk
beristirahat, dan menjadi setara dengan bentuk Yunani Aphrodite, dewi cinta,
kesuburan, perempuan, dan juga pelindung mereka. Ada banyak mitos yang
mengelilingi dewi Hathor.
17) Hat-mehit:
dewi ikan Mendes di Delta; kadang-kadang digambarkan sebagai seorang wanita
dengan ikan di kepalanya.
18) Heqet:
dewi kodok Antinoopolis di mana ia dikaitkan dengan Khnum; seorang penolong
perempuan dalam kelahiran anak.
19) Horus
(Haroeris, Harpocrates, Harsiesis, Re-Harakhty): dewa elang, awalnya dewa
langit, yang diidentikkan dengan raja selama hidupnya. Dikenal lebih penting
sebagai anak Osiris dan Isis. Horus juga pembalas Osirius ayahnya, yang dibunuh
oleh Tetapkan. Mata Horus berasal dari sebuah mitos dari pertempuran di mana
Horus menyerah mata kanannya dalam pertempuran. Sejak saat itu Eye of Horus,
telah datang untuk mewakili kekuatan, semangat, dan pengorbanan diri. Pusat-pusat
kultus-Nya berada di banyak tempat, Behdet di Delta, Hierakonpolis dan Edfu di
Mesir Hulu. Imhotep (Imouthes): Para Kepala Menteri didewakan Djoser, dan
arsitek dari Piramida Langkah; di Periode Akhir dihormati sebagai dewa belajar
dan obat-obatan; digambarkan sebagai seorang pria duduk memegang papirus yang
terbuka; disamakan dengan orang-orang Yunani dengan Asklepios.
20) Isis:
Isis dikenal sebagai ibu ilahi, dan sebagai istri dari Osiris dan ibu dari
Horus, Isis adalah salah satu dari empat besar dewi pelindung (kulit kayu,
Nephythes, dan Hathor), menjaga peti mati dan kanopik stoples. Isis adalah
kakak animatedankh.gif (2641 bytes) dari Nephthys dengan siapa ia bertindak
sebagai ilahi berkabung untuk orang mati, dan ilahi yang diwakili oleh Ankh. Dalam
Periode Akhir Philae utamanya adalah kultus-pusat. Dia juga dikenal sebagai
Ratu Surga (mirip dengan Astarte), dan memerintah atas semua hal tentang
kehidupan, ibu, dan ilmu sihir. Dalam mitos asal-usul Re dan dunia, itu
tertulis bahwa dia menemukan nama Re oleh menawan ular berbisa menggigitnya.
Bit Re ular, dan Isis hanya bisa menyembuhkan dirinya dengan mengetahui Re nama
benar. Dengan mengetahui nama Re, ia kemudian memiliki kekuatan sama dengan dia
dan kemudian diberikan semua kekuatan magis-nya dan sejak itu dikenal sebagai
penyihir ilahi. Lain dari mitos Isian keprihatinan, baik Isis, Osiris, dan
Horus. Dalam mitos ini, Atur membunuh Osiris dan menceraiberaikan tubuhnya
dalam empat belas keping di seluruh dunia. Isis pergi untuk menemukan potongan-potongan
ini. Setelah ia menemukan semua peices, ia reassembles Osiris dan dia datang
kembali ke kehidupan untuk satu malam di mana anak mereka conceives Isis,
Horus. Osiris kemudian menjadi Lord of the Dead. Horus adalah melahirkan dan
bertekad untuk membalas kematian ayahnya dengan membunuh Tetapkan. Isis dari
saat itu hidup sebagai berkabung ilahi di bumi dan di surga.
21) Khepri:
Para kumbang scarab-dewa, yang diidentifikasi dengan Re sebagai pencipta-dewa;
sering direpresentasikan sebagai kumbang dalam matahari
22) Khnum:
Ram-headed Elephantine dewa, dewa Katarak-daerah; diperkirakan telah dibentuk
pria di atas roda tembikar.
23) Khons:
dewa bulan, digambarkan sebagai seorang laki-laki; dengan Amun dan Mut sebagai
ayah dan ibu, membentuk Theba triad.
24) Maat:
Dewi kebenaran, benar, dan tertib melakukan; digambarkan sebagai seorang wanita
dengan bulu burung unta di kepalanya. Dikatakan bahwa dalam penghakiman orang
mati ia memegang timbangan yang beratnya hati manusia. Horus adalah salah satu
yang paling tua dan paling penting para dewa dalam agama Mesir Kuno yang dipuja
dari setidaknya akhir periode Predinastik melalui Yunani-Romawi kali.
25) Min:
dewa Coptos; kemudian dipuja sebagai dewa kesuburan, dan erat terkait dengan
Amun; digambarkan sebagai ithyphallic patung manusia, memegang flagela
26) Bulan
(Munt): Awalnya Hermonthis dewa lokal, tepat di sebelah selatan Thebes;
kemudian perang-dewa raja Mesir; digambarkan sebagai burung elang berkepala.
27) Mut
(Mutt): istri ilahi Amun; kultus-pusat di Asheru, selatan candi utama Amin-Re
di Karnak; awalnya burung pemakan bangkai-dewi, kemudian biasanya digambarkan
sebagai seorang wanita
28) Nefertum:
Dewa dari lotus, dan karenanya unguents; disembah di Memphis sebagai putra Ptah
dan Sakhmet; digambarkan sebagai seorang pria dengan -gaun kepala bunga teratai
29) Neheb-kau:
Sebuah ular dewa dunia bawah tanah, kadang-kadang digambarkan dengan tubuh
laki-laki dan memegang mata Horus.
30) Neith
(Net): Dewi Sais; digambarkan sebagai seorang wanita yang mengenakan mahkota
merah; dia lambang, sebuah perisai dengan menyeberangi panah; salah satu dari
empat 'protector'-dewi yang menjaga peti mati dan kendi kanopik; diidentifikasi
oleh orang-orang Yunani dengan Athena.
31) Nekhbet:
Hering-dewi Nekheb (modern El-Kab); yg mengawasi dewa Mesir Hulu, kadang-kadang
muncul di mahkota kerajaan di samping kobra (Edjo).
32) Nephthys
(Nebet-het): Adik Isis; salah satu dari empat 'protector'-dewi, yang menjaga
peti mati dan kendi kanopik; dengan Isis bertindak sebagai berkabung untuk
Osiris dan karenanya orang mati lain; digambarkan sebagai seorang wanita.
33) Nun
(Nu): dewa purba kekacauan, Nu juga dilihat sebagai air purba dari mana
dewa-dewa, bumi, dan manusia diciptakan dari, yaitu kekacauan dari urutan yang
telah dibuat.
34) Nut
(Nuit): langit-dewi, istri Geb, dewa bumi; digambarkan sebagai seorang wanita,
tubuhnya yang telanjang melengkung membentuk lengkungan surga.
35) Onuris
(Anhur): Dewa di Mesir Hulu ini; pemburu ilahi; digambarkan sebagai seorang
pria.
36) Osiris
(Asar): Dewa dari dunia bawah, yang diidentifikasi sebagai raja orang mati,
juga seorang dewa dari genangan dan vegetasi; direpresentasikan sebagai sebuah
mumi raja-pusat pemujaan utama, Abydos.Osiris dilihat sebagai hakim agung mati.
37) Ptah:
Pencipta-dewa Memphis, digambarkan sebagai seorang pria, mummiform, mungkin
awalnya sebagai patung dewa pelindung pengrajin; disamakan oleh orang Yunani
dengan Hephaestus.
38) Ptah-seker-Osiris:
Composite dewa, menggabungkan dewa utama penciptaan, kematian, dan setelah
kehidupan; diwakili seperti Osiris sebagai raja mumi.
39) Qadesh:
Dewi asal Suriah, sering digambarkan sebagai seorang wanita berdiri di atas
punggung singa.
40) Re
(Ra): Matahari-dewa Heliopolis; kepala ennead besar, hakim tertinggi; sering
dikaitkan dengan dewa-dewa lain bercita-cita untuk universalitas, misalnya
Amin-Re, Sobk-Re; digambarkan sebagai burung elang berkepala. Tampaknya sebagai
bapak para dewa, itu dari dia bahwa semua dewa dan dewi diciptakan. Dia juga
dikenal oleh tiga aspek, yang sesuai dengan posisi matahari, Amin pada waktu
fajar, Re di malam hari, dan Set saat senja. Re-harakhty: A dewa dalam bentuk
burung elang, memasukan karakteristik Re dan Horus (di sini disebut 'Horus dari
Horizon'). Renenutet (Ernutet, Thermuthis): Dewi panen dan kesuburan;
digambarkan sebagai ular atau ular berkepala wanita.
41) Reshef
(Reshpu): Dewa perang dan guntur, asal Suriah.
42) Sekhmet:
(Sakhmet) Seekor singa-headed dewi disembah di daerah Memphis; istri dari Ptah;
dianggap sebagai pembawa kehancuran kepada musuh-musuh Re.
43) Salib
Mesir kuno banyak kepercayaan masakini juga menganut pada kepercayaan mesir
kuno, dan yang paling utama adalah Paganisme. yang juga mendewakan para dewa/i
mesir kuno.
44) Salib
adalah salah satu simbol manusia paling kuno, dan digunakan oleh banyak agama,
seperti Kristen.Ini sering merupakan representasi dari pembagian dunia ke dalam
empat unsur (Chevalier, 1997) (atau kardinal poin), atau bergantian sebagai
gabungan dari konsep-konsep ketuhanan, garis vertikal, dan dunia, garis
horizontal (Koch, 1955).
*Adat pemakaman
Orang Mesir
Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan
untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini
adalah : proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan
penguburan mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di
akhirat. Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang
gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses
pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang
sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman
sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan orang mati di
kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan
mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan
mayat ke dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu.
Pada permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara
terpisah dalam toples kanopik.
Anubis adalah
dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual
pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi.
Pada periode
Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik
terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama
waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal,
pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran
garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada
setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian
diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan
pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli
mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir
kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang kaya
Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi
penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku
pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan
Baru, buku kematian ikut disertakan di kuburan, bersamaan dengan patung shabti
yang dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman,
kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan
mengucapkan doa atas nama almarhum.
6.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
*Tulisan
Masyarakat
Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebu Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan
Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus.
Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan
benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang
menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.
Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis
adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual
beli.
Huruf-huruf
Mesir itu semula menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui maknanya. Secara
kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota
pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta.
Batu itu
kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga bahasa. Pada
tahun 1822 J.F. Champollion telah menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta
dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph,
Demotik dan Yunani.
Dengan
terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir mengenai pengetahuan Mesir kuno
(Egyptologi) yang Anda kenal sampai sekarang.
Selain di batu, tulisan
Hieroglyph juga ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papirus.
Dokumen
Papirus sudah digunakan sejak dinasti yang pertama. Cara membuat kertas dari
gelagah papirus adalah dengan memotongnya. Kemudian kulitnya dikupas dan
intinya diiris/disayat tipis-tipis.
*Sistem
kalender
Masyarakat
Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus (peredaran) bulan
selama 291/2 hari. Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan
kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap
tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan
lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari.
Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang
kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar).
Penghitungan
kalender Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa
Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab
kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik
Hijriah.
*Seni
bangunan (arsitektur)
Piramida dan Spinx di Gizeh,
Mesir
Dari
peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang
menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan yang menonjol di bidang
matematika, geometri dan arsitektur.
Peninggalan
bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya
dengan kehidupan keagamaan.
Piramida
dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida
adalah Imhotep. Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan
dan kuil kecil di bagian luarnya.
Tiang-tiang
dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam terdapat
lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat
spinx yaitu patung singa berkepala manusia. Fungsi spinx adalah penjaga
piramida.
Piramida
terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter di Gizeh.
Selain Cheops, di Gizeh juga terdapat piramida Chefren dan Menkaure. Di Sakarah
terdapat piramida firaun Joser. Selain piramida apakah ada tempat pemakaman
yang lain di Mesir? Berdasarkan penggalian di daerah El Badari ditemukan
pemakaman yang disebut Hockerbestattung (Hocker artinya jongkok dan bestattung
artinya pemakaman) karena orang yang meninggal dimasukkan dengan cara
didudukkan menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut mastaba untuk golongan
bangsawan.
Bangunan kedua
adalah kuil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan
terindah adalah Kuil Karnak untuk pemujaan Dewa Amon Ra.
Kuil Karnak
panjangnya ±433 m (1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter
±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan
tulisan yang menceritakan pemerintahan raja.
No comments:
Post a Comment